Monday, January 14, 2008

The History of Surfing PART 1

Dalam perjalanannya yang ke tiga menuju pasifik, Kapten James Cooks dengan kapalnya yaitu HMS Discovery and Resolution menemukan pulau Hawaii pada tahun 1778, dan merupakan orang Eropa pertama yang menjajaki Hawaii. Penemuan ini tidak disengaja ketika Kapten Cook dan anak buahnya sedang melakukan pelayaran dari Tahiti menuju pesisir baratlaut Amerika Utara. Setelah setahun gagal mencari jalan dari Pasifik utara menuju Atlantik, Kapten Cook pada akhirnya berhenti di kepulauan besar yang bernama Hawaii itu. Di kepulauan itulah di teluk Kealakekua, Kapten Cook dibunuh oleh orang asli Hawaii, ketika ia tersesat didalam hutan dalam usahanya untuk menculik kepala suku agar mereka mau mengembalikan perahu boat yang dicuri oleh mereka.

Letnan James King diangkat menjadi Letnan dari kapal HMS Discovery and Resolution, setelah Kapten Cook tewas terbunuh. Setelah kematian Kapten Cook pada tahun 1779 dan sebelum HMS Discovery and Resolution kembali ke Inggris, Letnan King membuat sebuah catatan berisi dua halaman tentang Surfing, dan bagaimana pengalaman ia diajari oleh orang-orang lokal setempat dalam bersurfing yang kala itu bermula di teluk Kealakekua di pantai Kona kepulauan Hawaii. Buku catatan Letan King merupakan artkel surfing pertama di dunia, dan ia adalah orang pertama yang menulis artikel tentang surfing.


Hiburan paling menyenangkan dan umum hanyalah di pantai, dikarenakan pantai tersebut berpasir putih, bersih, anginnya bertiup sepoi-sepoi, dan memiliki ombak yang berpotensi untuk surfing sehingga membuat pantai tersebut indah, eksotik, dan termasyur. Terkadang dipantai terlihat warga lokal Hawaii khususnya lelaki, mereka membawa papan berbentuk oval, lebar, dan besarnya disesuaikan dengan tubuh mereka masing-masing hendak menuju pantai dan tanpa takud sedikit pun menerjang ombak-ombak besar yang datang. Kegiatan ini dinamakan surfing, dimana mereka masing-masing bersandar dipapan oval tersebut mengayuhnya dengan tangan menjauhi pantai sampai kira-kira gulungan ombak terbentuk, mereka beramai-ramai menaiki ombak dengan cara berdiri diatas papan dan meluncur mengikuti arusombak dengan keseimbangan tubuh kecepatan tinggi di atas papan. Ini merupakan olah raga satu-satunya yang dilakukan oleh orang Hawaii dan biasanya dilakukan oleh para lelakinya. Kaum wanita Hawaii dapat berenang dari perahu yang letaknya ditengah laut menuju pantai, tentu saja hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh kaum wanita Eropa. Kegiatan tersebut hanya dilakukan oleh orang lokal Hawaii sebagai hiburan dan bukanlah sebagai suatu keahlian yang mereka miliki, walaupun sebenarnya itu merupakan keahlian mereka.

-artikel ini diambil dari catatan Letnan James King, Komandan dari HMS Discovery and Resolution, dan merupakan catatan pertama tentang Surfing di dunia.

“Olah raga bagi para Raja-Raja” – kebudayaan Hawaii Kuno

Pada tahun 1779, menaiki ombak dengan cara berbaring atau berdiri di sepanjang papan selancar yang terbuat dari kayu merupakan salah satu bagian dari kebudayaan Hawaii. Berselancar kala itu sudah menjadi bagian dari masyarakat, kepercayaan, dan mitos dari pulau Hawaii sama seperti olah raga baseball yang identik dengan Amerika Serikat yang telah modern. Para kepala suku memperlihatkan kemahirannya dalam berselancar, dan masyarakat mengagumi keahlian mereka dalam berselancar menyusuri ombak. Para ahli antropologi memperkirakan perkembangan selancar meliputi awal mulanya, bagaimana cara-cara menaiki ombak, sampai pada bentuk papan untuk menaiki ombak hanya ada di budaya Polynesia saja, karena pada saat itu suku Hawaii belum mengenal waktu dan penjelajahan keluar pulau. Migrasi oleh penduduk Asia menuju ke daerah Pacific bagian Timur dimulai pada tahun 2000 sebelum Masehi, dan orang-orang suku Polinesia tersebar luas dimulai dari daerah Aotearoa (New Zealand) yang berada di titik Utara, Tonga dan Samoa di titik Barat, serta Tahiti dan Marakas berada di titik Timur sehingga membentuk setiga jika dihubungkan jalurnya.

Suku Polinesia datang ke Hawaii pertama kali pada abad ke40 setelah Masehi, demi mengurangi populasi yang semakin banyak pada kala itu dan juga untuk masa mendatang. Mereka datang ke Hawaii membawa rasa cinta kasih serta kemampuan akan laut pada diri mereka, selain itu juga membawa pakaian adat dan juga Paipo (papan selancar tradisional). Walaupun orang Tahiti mengklaim diri mereka berselancar dahulu sebelum orang Hawaii, seni berjalan di atas papan berukuran panjang ketika surfing tidak akan sempurna jika tidak ditemukan di Hawaii.

Ketika Kapten Cook datang ke Hawaii, selancar telah melekat berabad-abad dalam budaya dan legenda Hawaii. Pantai-pantai di setiap pesisir pulau Hawaii telah diberi nama berdasarkan pengalaman dan kejadian. Para Kahuna (orang yang dipercaya menjadi wakil dari Dewa) mendoakan dan menyanyikan lagu-lagu pujian penyembahan kepada dewa untuk para peselancar baru, untuk menguji nyali mereka baik pria maupun wanita untuk menaiki ombak besar ketika berselancar. Orang-orang Hawaii tidak mencatat dan punya catatan sejarah sampai Haole (kulit putih) tiba, mereka hanya mengingat garis keturunan dan sejarah turun temurun mereka hanya melalui lagu puji-pujian dan lagu penyembahan pada dewa-dewa. Sejarah Hawaii secara keseluruhan berisi tentang cinta, selancar, keahlian maritim oleh para kepala suku dan para masyarakatnya.

Walaupun Hawaii mengalami kegoncangan kekuasaan di tahun 1800an, kegiatan surfing tidak menghilang. Tetapi tidak secara rutin dilakukan seperti saat pertama kali bangsa Eropa datang, surfing tetap berlanjut diseluruh bagian pulau tersebut. Sesekali waktu, para petualang tetap datang untuk memburu ombak dan mengabarkan keindahan dan kehebatan pulau Hawaii ke seluruh penjuru dunia.

Di tahun 1851, Pdt.Henry T. Cheever mengamati kegiatan surfing di Lahaina, Maui dan membuat catatan tentang surfing didalam bukunya yang berjudul Life in the Hawaiian Islands, The Heart of the Pacific As it Was and Is. Catatannya : “sangat mengherankan untuk orang asing untuk pergi menuju ke daerah selatan dari kota ini, suatu hari ketika laut sedang berombak kuat disekitar daerah batu karang, disinilah dapat terlihat akan tumbuh bibit-bibit karir dan industri surfing itu sendiri dan juga menjadi suatu olahraga. Surfing ini begitu menarik untuk dicoba dan penuh dengan adrenalin tinggi, dan juga dapat menyehatkan tubuh. Saya yakin diri saya tidak berani untuk bersurfing.


15 tahun kemudian, Mark Twain berlayar ke pulau Hawaii dan berselancar disana, menurut bab XXXII dalam bukunya yang berjudul Roughing It pada 1866 ia bercerita pengalaman surfingnya “saya mencoba untuk berselancar sesekali tapi saya selalu gagal. Walaupun saya berada dalam posisi yang benar, begitu juga dengan papan saya tetapi saya selalu saja tidak berhasil. Papan selalu meluncur sendiri tanpa diriku, dan diwaktu yang bersamaan diriku tergulung dalam gulungan ombak.

Kegiatan surfing tidaklah terhenti pada akhir tahun 1800an di pulau Hawaii, tetapi hanya menghilang sejenak beserta dengan penduduk asli dan kebudayaan Hawaii itu sendiri. Setelah 125 tahun bangsa eropa menduduki Hawaii, Haole (kulit putih) mencoba untuk memegang kendali seluruh aspek kehidupan Hawaii mulai dari dewa-dewa mereka, kebudayaan, ilmu gaib, tanah, bahkan sampai hidup mereka. Di tahun 1893, sekitar 40.000 penduduk Hawaii melakukan penolakan terhadap pengalihan kekuasaan atas Hawaii yang dikomandani oleh tentara Amerika dan pulau tersebut diisi sebagian besar oleh para misionaris, pedagang, dan oleh para tuan tanah. Penduduk Hawaii mengklaim hak asasi mereka terhadap pulau tersebut dan mengatur pulau itu menurut kekuasaan mereka. Di tahun 1893 Ratu Lili’uokalani mencoba untuk menggulingkan haole (kulit putih) dan merebut kembali kerajaan, tetapi usaha tersebut sia-sia dan ia malah dipenjara dan diasingkan. Pada tahun 1898 bangsa Amerika menjadikan pulau Hawaii masuk teritori Negara mereka.